PENGARUH
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TERHADAP
STRATEGI AKUISISI YANG DILAKUKAN MAYBANK KE BII
ABSTRAK
Rencana
integrasi ASEAN melalui ASEAN Economic Community yang bertujuan untuk dapat
mencapai integrasi ekonomi berdampak pada perubahan bukan hanya pada perubahan
di pemerintahan dan politik saja, namun juga berdampak pada dunia bisnis dan
ekonomi. Integrasi ekonomi ini akan membuat adanya satu pasar bebas di ASEAN
yang mana tentu akan meningkatkan tingkat kompetisi perusahaan. Integrasi
ekonomi ini mendapat respon bukan hanya dari negara, tetapi juga dari
perusahaan. Respon dari negara dapat berupa perubahan regulasi dan perubahan
kebijakan untuk dapat menyesuaikan pada rencana integrasi yang mana selalu
diiringani dengan standardisasi. Untuk dapat mencapai integrasi ekonomi, maka
dibuatlah AEC Blueprint yang berisi pilar-pilar yang akan membantu terlaksananya
integrasi ekonomi tersebut. Namun, bukan hanya negara yang harus menyesuaikan
diri dengan adanya AEC ini, tetapi perusahaan juga. Maybank sebagai suatu
perusahaan multinasional juga melakukan suatu perubahan. Maybank memutuskan
untuk mengakuisisi salah satu bank di Indonesia yaitu BII. Akuisisi yang
dilakukan Maybank ini merupakan akuisisi mayoritas, dimana Maybank mengakuisisi
hampir semua saham BII. Maybank juga membeli saham tersebut dengan harga diatas
rata-rata dari harga saham BII. Berdasar hal tersebut dapat ditarik suatu
permasalahan yaitu bagaimanakah AEC ini dapat mempengaruhi tindakan Maybank
untuk mengakuisisi BII. Untuk dapat menjawab rumusan masalah tersebut maka
digunakan kerangka pemikiran yang mana menghubungkan antara strategi suatu perusahaan
tentang opportunity dan risk dengan lingkungan yang berubah. Dengan kerangka
pemikiran tersebut maka dapat diperoleh suatu hipotesis yaitu adanya perubahan
lingkungan kompetisi dari rencana terbentuknya integrasi ASEAN membuat akuisisi
BII sangat strategis bagi Maybank untuk mencapai strategi perusahaannya sebagai
bank terbesar di ASEAN. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa ASEAN Economic Community dapat
mempengaruhi akuisisi Maybank terhadap BII melalui peningkatan opportunity dan
risk sehingga menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif untuk menerapkan
strategi akuisisi.
Kata
kunci: AEC, akuisisi, Maybank, BII
Pendahuluan
ASEAN sebagai sebuah organisasi regional menyadari
pentingnya suatu integrasi kawasan. Sejalan dengan hal tersebut, para wakil
ASEAN membuat ASEAN Visions 2020 yang
berdasar pada tiga pilar yaitu keamanan politik, ekonomi, dan sosial-budaya.[1]
Pada KTT ASEAN ke 9 di Bali pada tahun 2003 yang kemudian menghasilkan Bali Concord II, terjadi pembentukan ASEAN Community yang mana ASEAN
Community ini merupakan sebuah upaya untuk mempererat integrasi ASEAN.[2]
Terdapat tiga komunitas dalam ASEAN
Community yang sesuai dengan tiga pilar dari ASEAN Vision 2020, yaitu pada bidang keamanan politik (ASEAN Political-Security Community),
ekonomi (ASEAN Economic Community),
dan sosial budaya (ASEAN Socio-Culture
Community).[3]
Dari ketiga komunitas yang telah terbentuk tersebut, penulis
akan berfokus pada ASEAN Economic
Community (AEC) yang merupakan
pilar terjadinya integrasi ekonomi di ASEAN. AEC bertujuan untuk membangun kemitraan untuk kemajuan yang akan meningkatkan
kualitas kehidupan warga ASEAN dengan tercapainya integrasi regional yang
melalui upaya kolektif masyarakat ASEAN.[4]
Untuk membantu tercapainya integrasi ekonomi ASEAN melalui AEC, maka dibuatlah
AEC Blueprint. AEC Blueprint memuat empat pilar utama yaitu
(1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang di dukung
dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan
aliran modal yang lebih bebas, (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing
ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak
atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce, (3) ASEAN sebagai kawasan
dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil
dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Kamboja,
Myanmar, Laos, dan Vietnam, dan (4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi
secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren
dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam
jejaring produksi global.[5]
Dengan adanya AEC Blueprint tersebut maka, negara-negara
anggota ASEAN mulai menyesuaikan ekonomi dan pasar mereka untuk tercapainya AEC
pada 2015 nanti. Selain itu perusahaan-perusahaan juga mulai mengubah strategi
atau menyesuaikan strategi mereka untuk menghadapi persaingan yang semakin
ketat dan kuat, bukan hanya dari sesama anggota ASEAN tetapi juga dari pihak luar
ASEAN. Pengaruh yang diberikan oleh proses dibentuknya AEC pada sektor
perbankan ASEAN adalah adanya liberalisasi pada sektor jasa keuangan. Mengingat bahwa
liberalisasi jasa keuangan dapat memiliki dampak yang besar pada pengembangan
sektor keuangan dan menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi sosial,
liberalisasi jasa keuangan telah memberikan fleksibilitas yang besar dalam AEC
dibandingkan sektor jasa perdagangan lainnya.[6]
Selain membawa pengaruh berupa liberalisasi, AEC juga berpengaruh pada rencana
standardisasi sistem perbankan pada bank-bank di Asia Tenggara. Rencana
ini merupakan bagian dari peta jalan yang lebih luas untuk mengintegrasikan
pasar keuangan kawasan yang mana ini sejalan dengan tujuan ASEAN untuk
menciptakan komunitas ekonomi pada 2015.[7]
Situasi global yang belum menentu dan kesepakatan kawasan mengarah pada
integrasi menuntut kesiapan perbankan nasional menghadapinya. Penguatan modal,
peningkatan efisiensi, dan sinergi menjadi faktor kunci.
Negara-negara ASEAN telah perlahan-lahan memulai cara untuk memperkuat kerjasama regional di sektor keuangan. Kesepakatan Kerjasama Keuangan ASEAN Tingkat Menteri yang dilaksanakan pada Maret 1997, menetapkan tujuan yang luas dari kerjasama di berbagai bidang keuangan dan makroekonomi, termasuk perbankan, pasar modal, asuransi, perpajakan dan keuangan publik, serta bertukar informasi mengenai perkembangan yang mempengaruhi negara-negara ASEAN dalam organisasi multilateral dan regional.[8] Pada bulan Desember 1999, kepala pemerintah dari negara-negara ASEAN mengadakan keputusan yang berfokus pada kebutuhan untuk bergerak menuju kohesi dan integrasi ekonomi yang lebih besar, seperti yang diungkapkan dalam pernyataan Visi ASEAN 2020. Dalam dokumen ini, mereka berjanji, antara lain, untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan regional melalui kerjasama yang lebih erat dalam hal kebijakan moneter dan keuangan. Selain itu, di Vietnam mereka sepakat untuk membuat "Ha Noi Plan of Action," yang menyatakan tentang (1) pemeliharaan stabilitas keuangan dan makroekonomi, (2) penguatan sistem keuangan, (3) liberalisasi jasa keuangan; (4) intensifikasi upaya kerjasama di bidang moneter, pajak, dan hal-hal asuransi, dan (5) pengembangan pasar modal ASEAN.[9]
Dalam rangka pembentukan ASEAN sebagai
sebuah basis produksi dan pasar tunggal,
maka liberalisasi sektor jasa termasuk sektor jasa keuangan menjadi
suatu langkah strategis. Khusus di sektor keuangan dan moneter, liberalisasi
jasa keuangan menjadi salah satu langkah terpenting dalam pelaksanaan peta
jalan integrasi keuangan ASEAN atau yang lebih dikenal dengan singkatan RIA-Fin
(Roadmap for Monetary and
Financial Integration of ASEAN).[10] Sektor jasa keuangan perbankan kembali
memberikan penambahan komitmen pada kesepakatan putaran perundingan ketiga yang
disahkan pada tanggal 6 April 2005 di Vientiane, Laos. Bila sebelumnya hanya
diijinkan memiliki satu kantor cabang pembantu dan satu kantor pemasaran
tambahan, sejak putaran ketiga bank asing diperbolehkan memiliki dua kantor
cabang pembantu dan dua kantor pemasaran tambahan. Sektor jasa keuangan
nonperbankan tetap tidak memberikan penambahan komitmen.[11]
Beberapa tonggak penting antara tahun
1997 dan 2008 menuju kerja sama keuangan dan integrasi pasar modal di
negara-negara ASEAN adalah sebagai berikut:[12]
Tabel I.1 Timeline Menuju
Kerjasama Keuangan dan Integrasi Pasar Modal di ASEAN
March 1997
|
2003
|
2004
|
2007/2008
|
First ASEAN Finance Ministers
Meeting:
ASEAN Surveillance Mechanism;
bilateral swap arrangements and;
to develop ASEAN bond market in
collaboration with more developed bond markets
|
Bali Concord II Framework for an
ASEAN Community:
Roadmap for Integration of ASEAN in
Finance (RIA-FIN) includes:
capital market development; financial
services liberalization; capital account liberalization; and
currency Cooperation
|
Formation of ASEAN Capital Market
Forum (ACMF): Harmonization of standards governing:
Disclosures
Distribution
Accounting/ auditing
Mutual recognition of market
professionals
|
ASEAN Economic Blueprint to achieve
economic liberalization and financial integration by 2015
ADB study on Integration of Southeast
Asian Equity Markets
ACMF Implementation Plan to
strengthen ASEAN Capital Market Integration
|
(Sumber: Huong Mai, “Finance Sector in ASEAN”,30)
Inilah yang kemudian mendorong
banyak dilakukan akuisisi pada bank-bank di Indonesia, salah satunya adalah
yang dilakukan oleh Maybank yaitu bank dari Malaysia yang mengakuisisi saham
BII. Maybank (Malayan Banking Berhard)
Group adalah salah satu bisnis perbankan yang mana merupakan penyedia jasa
keuangan terkemuka di Malaysia yang melayani kebutuhan konsumen, investor,
pengusaha, organisasi non-profit dan perusahaan. Group, yang telah berkembang
secara internasional ini memiliki jaringan terbesar di antara bank-bank
Malaysia, yaitu lebih dari 2.100 cabang dan kantor di 17 negara[13].
Selain itu Maybank Group juga mempunyai visi dan misi yang dapat mempengaruhi
kinerja serta fokus dari perusahaan tersebut. Visi dari Maybank Grup adalah To be a Regional Financial Services Leader.[14] Sedangkan misinya
adalah Humanising Financial Services across
Asia.[15] Bank-bank di
ASEAN sedang mencoba untuk meningkatkan kekuatan mereka pada tingkat regional
dengan mengakuisisi beberapa bank di ASEAN.[16]
Hal ini dikarenakan AEC yang dalam waktu singkat akan segera terwujud, akan
membawa dampak berupa pelonggaran pada batasan-batasan ekonomi, investasi dan
tenaga kerja. Sektor perbankan juga melihat kemungkinan yang besar jika di Asia
Tenggara ini akan dapat terwujud suatu pasar tunggal nantinya. Maybank sebagai
salah satu bank besar regional telah aktif bermain di kawasan regional sejak
2008.
Pada tahun 2008, Maybank Group melakukan akuisisi[17]
dengan BII. Proses akuisisi yang dilakukan Maybank tidak sepenuhnya berjalan
dengan mudah dan unik. Banyak sekali hambatan atau pro dan kontra terkait
dengan rencana Maybank untuk mengakuisisi BII tersebut. Salah satunya adalah
ekspektasi investor atas rencana Maybank mengakuisisi BII sepertinya tidak
terlalu baik. Hal itu terlihat dari anjloknya saham Maybank hingga level
terendahnya dalam lima tahun terakhir[18].
Padahal analis dan para fund manager
memang meyakini bahwa akuisisi tersebut merupakan langkah yang baik bagi
Maybank secara jangka panjang. Namun investor mengkhawatirkan dampaknya secara
jangka pendek mengingat nilai akuisisi BII itu sangat besar. BII baru akan memberikan
kontribusi bagi Maybank dalam tiga tahun setelah akuisisi selesai. Secara
total, saham BII akan dibeli Maybank senilai US$ 2,7 miliar[19].
Harga yang ditawarkan oleh Maybank itu cukup tinggi, jika dibandingkan
rata-rata harga saham BII di pasaran. Harga
saham BII dipasaran per Desember 2007 sebesar Rp 109,8 per saham[20].
Sedangkan Maybank mengakuisisi saham BII sebesar 4,7 kali lipat yaitu dengan
harga Rp 510 per saham[21].
Pada 30 September 2008, Maybank Offshore Corporate Services
(Labuan) Sdn. Bhd. (MOCS), yang merupakan anak perusahaan yang dimiliki
sepenuhnya oleh Malayan Banking Berhad (Maybank), menyelesaikan pengambilalihan
100% saham Sorak Financial Holdings Pte, Ltd, pemilik dari 55,51% saham BII[22].
Pada Desember 2008, MOCS menyelesaikan penawaran tender untuk sisa saham BII
dan meningkatkan kepemilikannya dengan tender
offer[23] sisa saham 44,3%
senilai US$ 1,2 miliar[24].Sedangkan
pada tahun yang sama yaitu 2008, Maybank juga mengakuisisi saham dari An Binh
Bank of Vietnam dan MCB Bank Ltd of Pakistan[25].
Namun tidak seperti akuisisi yang dilakukan Maybank pada BII yaitu mengakuisisi
saham BII sebesar 97,5% Maybank hanya mengakuisisi tidak lebih dari 50% dari
saham An Binh Bank dari Vietnam maupun MCB Bank Ltd dari Pakistan. Hal ini
membuktikan bahwa Maybank mempunyai ketertarikan sendiri dengan peluang yang
ditawarkan oleh BII sehingga pihak Maybank mengakuisisi hampir 100% saham BII
tersebut. Selain itu juga, pada April 2012 harga saham BII di pasar masih di
bawah harga pembelian Maybank dulu yaitu sebesar Rp 455 - Rp 475 per saham[26].
Karena proses akuisisi yang dilakukan Maybank terhadap BII
begitu unik dan terkesan penuh dengan komitmen untuk dapat mengakuisisi saham
yang ada di BII, maka penulis tertarik untuk mengangkat akuisisi Maybank
terhadap BII sebagai kasus pada pengaruh pembentukan AEC terhadap perbankan di
ASEAN. Penulis disini lebih berfokus untuk menjawab rumusan masalah yang ada
yaitu bagaimana ASEAN Economic Community
mempengaruhi akuisisi Maybank terhadap BII?
Hipotesis dari penelitian ini yang mempunyai rumusan masalah bagimana ASEAN Economic Community mempengaruhi akuisisi Maybank terhadap
BII, yaitu ASEAN Economic Community mempengaruhi
akuisisi Maybank terhadap BII dengan menciptakan lingkungan bisnis yang
kondusif sehingga faktor opportunity menjadi lebih kuat dibandingkan
dengan risk yang ada.
Nilai-Nilai
Potensial Strategis BII
PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) didirikan pada 15
Mei 1959.[27] Setelah mendapatkan ijin
sebagai bank devisa pada 1988, BII mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia atau BEI) pada tahun
1989.[28]
Pada tahun 1997, terjadi krisis di Indonesia dan di Asia Tenggara, BII juga
tidak ketinggalan mengalami imbas dari krisis tersebut, dan mengalami keadaan
yang cukup parah. Dampak dari krisis ekonomi tersebut
pada sektor perbankan diwujudkan dalam biaya restrukturisasi perbankan. Ketika
biaya restrukturisasi bank menjadi sangat tinggi, pemulihan bank akan menjadi
sangat lambat.[29]
Maka dilakukan proses transformasi dari sistem perbankan yang dapat diringkas
sebagai perubahan dari sistem yang terdiri dari bank sentral dan pemerintah
yang mengendalikan kredit melalui bank BUMN berubah ke sistem modern yang
didasarkan pada mekanisme pasar.[30] Berbagai strategi dilakukan untuk
dapat menyelamatkan BII. Pada tahun 1999, BII direkapitalisasi
sebagai bagian dari Program Rekapitalisasi Perbankan Nasional.[31]
Setelah mengalami
restrukturisasi BII kemudian mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Untuk
dapat tumbuh dan berkembang serta pulih kembali, pada Desember 2003, konsorsium
Sorak mengambil alih 51% kepemilikan Bank, melalui proses penjualan yang
dilakukan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).[32]
Setelah pengambilalihan, kinerja BII semaikn baik, hal ini diperlihatkan pada
laba konsolidasi yang diperoleh BII pada tahun 2004, satu tahun setelah
pengambilalihan sebagian saham BII, semakin meningkat yaitu sebesar Rp 821,582
miliar atau naik dibandingkan tahun 2003 yang sebesar Rp 309,089 miliar.[33]
BII bukan hanya mampu untuk bangkit dan bertahan, namun juga mampu untuk
semakin berkembang dan terus berkembang. BII diharapkan mampu untuk dapat
memberikan keuntungan yang cukup tinggi untuk pihak Maybank sehingga membawa
keuntungan yang besar untuk pihak Maybank.
Selain kemampuan BII
untuk pulih dari keterpurukan, faktor lain yang membuat BII dipandang strategis
adalah adanya pembiayaan atau pemberian kredit pada sektor-sektor utama yang
masuk dalam kerjasama dengan BII. Ada tiga sektor utama dalam penyaluran kredit
BII yaitu sektor kredit konsumer, kredit UKM/komersial, dan kredit korporasi.
Sejak tahun 2005, BII memfokuskan untuk meningkatkan komposisi kredit pada
sektor kredit konsumer dan UKM/komersial, hal ini dikarenakan kedua sektor tersebut
yang mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan selain itu juga BII
melihat adanya perubahan tren dalam sektor pembiayaan bank terkait dengan
adanya integrasi keuangan ASEAN. Karena sektor UKM/komersial dianggap lebih
menjanjikan maka pihak BII pada tahun 2009 berniat untuk memfokuskan pada
penguatan kredit UKM/komersial. Menurut Sukatmo, alasan untuk fokus ke kredit
UMK/Komersial karena sektor ini terbukti menjadi sektor yang cukup tahan di
saat krisis seperti 1998.[34]
Pemfokusan pada pemberian kredit di
sektor UKM/komersial juga sejalan dengan isi dari ASEAN Economic Community Blueprint yang didalamnya memuat
pengembangan UKM yang dilakukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi yang
setara di kawasan Asia Tenggara sehingga integrasi ASEAN dapat segera
diimplementasikan dengan baik. Pengembangan UKM ini sejalan dengan ASEAN Policy Blueprint for SME Development (APBSD)
2004-2014. Yang mana BII merespon peruabahan tren pembiayaan sektor strategis
dengan baik, dengan memfokuskan pada kredit UKM/komersial. APBSD ini terdiri
atas langkah-langkah strategis, kebijakan-kebijakan yang diambil dan hasil
implementasi yang diharapkan. Kerangka kerja APBSD ini adalah berupaya untuk
mendekatkan jarak pertumbuhan perekonomian antara negara-negara di ASEAN. APBSD
ini juga berguna untuk meningkatkan daya saing dan dinamika UKM ASEAN dengan
memfasilitasi akses terhadap informasi, pasar, pengembangan sumberdaya manusia,
keterampilan, pendanaan, dan teknologi, selain itu juga memperkuat daya saing
UKM ASEAN dalam mengatasi kesulitan ekonomi makro dan keuangan, serta tantangan
dalam iklim perdagangan yang lebih bebas.[35] Pada tahun 2015, para anggota APBSD membayangkan UKM
ASEAN sebagai perusahaan yang kompetitif, inovatif, dan berkelas dunia yang
melakukan peran utama dalam
rantai pasokan regional dan global dan mampu memanfaatkan
peluang dari integrasi ekonomi ASEAN.[36]
Hal ini membuktikan bahwa UKM merupakan sektor strategis di ASEAN yang harus
dikembangkan, karena UKM ini merupakan tulang punggung perekonomian
ASEAN. Tidak seperti perusahaan besar, UKM lebih
lincah dan dapat beradaptasi dengan
cepat terhadap perubahan lingkungan
bisnis. Perubahan lingkungan bisnis itu seperti
perubahan besar kompetisi,
kemajuan teknologi yang cepat, kebutuhan pasar lebih menuntut, dan perubahan yang konstan dalam tuntutan konsumen, yang mana tentu saja membutuhkan
perkembanganan UKM yang lebih baik untuk
menjadi lebih inovatif dan kreatif dalam menghadapi tantangan di pasar global.[37]
Karena itu UKM sangat tepat untuk dikembangkan dan diperkuat sehingga mampu
untuk membantu percepatan integrasi ASEAN, dan mampu untuk bersaing dengan
perusahaan di luar ASEAN.
Untuk dapat meningkatkan perkembangan
UKM yang ada di ASEAN, maka dilakukan sebuah tindakan terpadu dan program pembangunan dalam kemitraan dengan
lembaga-lembaga donor yang dilakukan
oleh ASEAN SME
Working Group dalam meningkatkan kapasitas
UKM akan memastikan sektor UKM lebih
progresif terhadap pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan di wilayah
ASEAN.[38]
Tahun 2008 BII menargetkan akan menambah 30 cabang lagi yang dilengkapi
fasilitas kredit UKM & komersial, dan merekrut 100 tenaga kerja baru. BII
juga berusaha lebih proaktif bekerja sama dengan lembaga lain, misalnya
perusahaan perkebunan, pembiayaan distributor, perusahaan telekomunikasi dalam
pembiayaan subkontraktor (misalnya untuk mendirikan base transceiver station),
asosiasi serta instansi pemerintah, seperti BPR BKK Pemda Jawa Tengah atau
Kementerian Koperasi & UKM. Dengan berfokus pada pemberian kredit sektor
UKM/komersial, BII sejalan dengan isi dari Blueprint
komunitas ekonomi ASEAN, dan itu merupakan poin tersendiri untuk BII. Adanya
integrasi ASEAN dan pembentukan AEC, membuat BII menjadi strategis, dimana, BII
mampu untuk merespon perubahan lingkungan yang ada, dan kemudian beradaptasi
dengan baik.
Alasan lain yang paling kuat sehingga
memasukkan akuisisi BII sebagi bagian dari strategi Maybank adalah karena
Maybank melihat prospek yang bagus dalam BII. BII telah tercatat di Bursa Efek
dan menempati peringkat sebagai bank terbesar keenam di Indonesia dari sisi
aset Jakarta.[39] Selain itu juga BII beroperasi di
semua segmen perbankan besar seperti perbankan korporasi, UKM / perbankan
komersial, perbankan konsumer dan wealth management
dan memiliki jaringan distribusi multi-channel lebih dari 230 cabang dan 700
ATM yang juga dilengkapi dengan internet banking dan call centre operation.[40]
Maybank dengan track record yang solid dan pengalaman di pasar Indonesia adalah
posisi yang baik untuk memanfaatkan infrastruktur yang sangat baik BII untuk
lebih mengembangkan bisnis. Selain itu, ada juga sinergi pendapatan yang
signifikan mengingat adanya mapan dan berkembang pesat korporasi Malaysia di
Indonesia dan arus perdagangan yang kuat antara kedua negara. Indonesia adalah
negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan penetrasi perbankan masih
relatif rendah.[41] Prospek untuk penciptaan nilai dalam
jangka menengah juga sangat baik yang mana Maybank dapat memanfaatkan
pengalaman di Malaysia untuk meningkatkan penawaran produk dan kemampuan
perbankan BII, khususnya di bidang-bidang seperti perbankan syariah, bancassurance dan asuransi syariah.
Perubahan
Lingkungan Kompetisi Dalam Integrasi ASEAN
Setelah pembangunan beberapa dekade,
tarif rata-rata negara-negara
ASEAN telah sangat
berkurang. Tingkat tarif nominal rata-rata Indonesia
pada tahun 1950-an dan 1960-an adalah setinggi 85% dan
turun 17% pada
awal 1990-an.[42]
Tingkat tarif dari
anggota ASEAN lainnya
juga menurun tajam dalam periode waktu yang sama. Pada tahun 1992,
negara-negara ASEAN mengadakan perjanjian Common Effective Preferential Tariff
(CEPT), dan tarif hambatan dan rintangan non-tarif
yang dikurangi untuk sebagian besar selama pembangunan ASEAN Free Trade Area.
Saat ini, pada dasarnya ada tiga
tingkat tingkat tarif di negara-negara ASEAN, yaitu tingkat tarif
Singapura dan Brunei sama dengan hampir nol,
kemudian Malaysia, Thailand, dan Indonesia serta Filipina
yang relatif rendah, kemudian empat
anggota baru ASEAN yang masih cukup tinggi.[43]
Proses konstruksi AFTA mensyaratkan bahwa enam anggota lama ASEAN mencapai
tarif nol pada tahun 2010 dan
anggota baru harus menyelesaikannya
pada tahun 2015. Selain itu, pengaturan berbagai fasilitasi dari ASEAN Free
Trade Area telah melampaui
sektor perdagangan dan memperluas
ke sektor-sektor seperti investasi
dan industri jasa. Dan
liberalisasi dipandang sebagai jalan masuk utama bagi perusahaan lokal untuk
dapat semakin berkembang karena adanya pengurangan hambatan-hambatan
perdagangan.
Adanya liberalisasi ini membuat pasar
di dalam ASEAN menjadi lebih terbuka. Pada dasarnya liberalisasi ini dilakukan
untuk dapat menyatukan arus perdagangan di dalam ASEAN. Namun dalam
kenyataannya liberalisasi ini dipersepsikan untuk memperkuat persaingan antara
negara di ASEAN. Adanya AEC dan integrasi ekonomi ini mendorong daya saing yang
lebih tinggi dan lebih ketat di antara negara-negara di ASEAN.[44]
Negara-negara ASEAN saling berlomba untuk dapat menyaingi satu sama lain.
Sehingga negara yang tidak siap akan tertinggal jauh dari negara yang telah
siap menghadapi persaingan. Dan tentu saja ini menimbulkan adanya kesenjangan
antara negara-negara di ASEAN. Pada dasarnya inti dari proses integrasi adalah
sebuah penyatuan, namun, mengingat integrasi di ASEAN menimbulkan persaingan di
antara negara ASEAN itu sendiri membuat proses penyatuan ini agaknya akan
sedikit sulit untuk dapat terlaksana dengan cepat, mengingat AEC akan
sepenuhnya dilaksanakan pada 2015.
Namun, kompetisi tidak hanya terjadi antara bank besar asing
dengan bank lokal, namun juga antara bank-bank besar di ASEAN yang saling memperebutkan
pasar di luar negara mereka. Para bank-bank besar tersebut menerapkan sejumlah
strategi untuk dapat saling berkompetisi menguasai pasar regional. Dimana
dengan adanya integrasi ASEAN yang bertujuan untuk membuat pasar tunggal,
menjadi salah satu bank dengan jangkauan pasar yang ada disetiap negara di
ASEAN tentu akan sangat menguntungkan. Peluang untuk dapat memenangkan
kompetisi ini pun diambil oleh pihak Maybank yang telah melakukan strategi
perluasan pasar di Indonesia dan beberapa negara di ASEAN pada tahun 2008.
Dalam regulasi perbankan di ASEAN, terdapat perubahan yang
terjadi dalam proses integrasi ini. Bank-bank lokal memiliki banyak hal yang
harus dilakukan sebelum memenuhi komitmen yang dicari dalam program integrasi
keuangan ASEAN, yang mana telah ditetapkan untuk implementasi penuh pada tahun
2020. Integrasi berkaitan dengan upaya berkelanjutan oleh anggota ASEAN untuk
mencapai paritas peraturan dan regulasi di seluruh 10 negara-negara ASEAN,
sehingga bank-bank di wilayah tersebut dapat mulai beroperasi bukan sebagai
bank asing melainkan sebagai bank lokal di salah satu dari 10 yurisdiksi Asean.[45]
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka ditetapkan sejumlah
pertemuan-pertemuan dalam kerangka integrasi ASEAN yang lebih berfokus dalam
bidang jasa keuangan seperti perbankan. Salah satu pertemuan tersebut adalah ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS). AFAS
pertama kali ditandatangani pada 15 Desember 1995, yang mana memuat tiga tujuan
yaitu, a) meningkatkan kerjasama di bidang jasa antar negara-negara anggota
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, diversifikasi kapasitas
produksi dan pasokan dan distribusi jasa dari penyedia jasa mereka dalam dan di
luar ASEAN; b) menghilangkan pembatasan secara substansial untuk perdagangan di
bidang jasa antar negara-negara anggota, dan; c) liberalisasi perdagangan jasa
dengan memperluas kedalaman dan cakupan liberalisasi melebihi yang sudah
dilakukan oleh negara-negara anggota di bawah GATS dengan tujuan untuk
mewujudkan suatu kawasan perdagangan bebas dalam jasa.[46]
Selain
itu negara-negara anggota dari ASEAN telah menyepakati adanya tujuh sektor
dalam bidang jasa yang termuat dalam AFAS yaitu, a) transportasi udara seperti penjualan dan
pemasaran jasa transportasi
udara, pemesanan komputer,
perbaikan dan pemeliharaan pesawat,
dan lain-lain; b) layanan bisnis seperti
layanan TI, akuntansi, audit, hukum, arsitektur,
teknik, riset pasar, dan
lain-lain; c) konstruksi seperti konstruksi
bangunan komersial, teknik sipil,
karya instalasi, penyewaan
peralatan konstruksi, dan lain-lain;
d) jasa keuangan seperti perbankan,
asuransi, sekuritas dan pialang, penasehat keuangan,
pembiayaan konsumen, dan lain-lain;
e) transportasi maritim seperti penumpang
internasional dan transportasi barang, penyimpanan dan pergudangan, dan lain-lain; f) telekomunikasi seperti layanan telepon umum, layanan telepon
selular, jaringan bisnis jasa,
data dan transmisi pesan, dan lain-lain; g) pariwisata seperti hotel dan jasa penginapan, melayani makanan, operator
tur, agen perjalanan, dan
lain-lain.[47]
Kesepakatan lain yang penting pada kerjasama keuangan adalah
protokol untuk melaksanakan program berbagai Komitmen Jasa Keuangan dalam
Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa. Protokol ini memastikan bahwa
negara anggota ASEAN yang non-anggota WTO diberikan perlakuan yang sama dengan
anggota ASEAN lainnya.[48]
Sehingga diharapkan akan ada pemerataan, keharmonisan dan standardisasi dalam
peraturan menyangkut tentang kebijakan pada bidang jasa di negara-negara
anggota ASEAN. Dengan begitu sektor-sektor keuangan di negara-nagara ASEAN
dapat berkembang dengan baik, terutama di daerah-daerah. Menyadari keragaman
ekonomi ASEAN dan berbagai tahap-tahap perkembangan sektor keuangan, Framework yang ada memungkinkan
fleksibilitas bagi negara-negara ASEAN untuk berpartisipasi dalam proses
integrasi berdasarkan kesiapan dan kemauan di setiap negara. Dalam Framework yang sudah dibuat tersebut,
terdapat kualifikasi bank-bank di ASEAN yang mana bank yang memiliki kapasitas
yang cukup dan yang dikelola dengan baik akan berfungsi sebagai pembawa
standard regional, dan akan diberikan akses yang lebih fleksibel ke pasar
regional.[49] Keuntungan dari kemudahan
akses inilah yang membuat Maybank berusaha untuk melebarkan sayapnya dengan
menjadi bank terbesar di ASEAN seperti dalam misinya. Sementara banyak
tantangan yang telah dihadapi oleh ASEAN merupakan sebuah posisi yang baik
untuk secara kolektif berusaha maju menuju visi bersama dari pasar ASEAN yang
satu.
Untuk dapat mewujudkan suatu pasar ASEAN yang satu tersebut
maka harus ada standardisasi dan harmonisasi dalam bidang keuangan di ASEAN
yang mendukung. Integrasi keuangan tersebut agar dapat berjalan dengan baik,
maka dibuatlah sebuah roadmap yang
kemudian dapat menjadi penunjuk proses integrasi keuangan di ASEAN yang disebut
sebgai RIA-FIN (Roadmap
for Financial and Monetary Integration of ASEAN). Didukung oleh AFMM
(ASEAN Finance Minister Meeting) di
Manila pada tahun 2003, RIA-Fin terdiri dari langkah-langkah, jadwal dan
indikator kegiatan di empat bidang yaitu, (a) Pengembangan Pasar Modal, (b)
Liberalisasi Jasa Keuangan, (c) Liberalisasi Transaksi Modal dan (d) Kerjasama
Nilai Tukar ASEAN, dengan tujuan akhir integrasi ekonomi yang lebih besar di
ASEAN pada tahun 2015.[50]
Dengan adanya perubahan dalam regulasi ini yang mana dapat
menguntungkan pihak perusahaan, harus dapat dicermati dengan seksama. Maybank,
telah melakukan respon yang tepat dalam menghadapi perubahan lingkungan
kompetisi yang ada di ASEAN terkait rencana integrasinya. Perubahan berupa
perubahan regulasi dan kebijakan yang mana meliberalisasi pasar, membuat
Maybank mudah untuk menanamkan investasinya. Dengan dukungan dari perubahan
lingkungan ini, Maybank semakin memandang BII sebagai suatu pijakan yang
strategis untuk dapat lebih melebarkan sayapnya di dalam ASEAN. Karena tentu
saja menjadi bank terbesar di ASEAN mempunyai keuntungan tersendiri, terutama
dalam akses dan kepercayaan. Dan akhirnya, perubahan lingkungan ini mempunyai
dampak yang tentu signifikan bagi dunia bisnis internasional. Dan
perusahaan-perusahaan harus dapat dengan cermat memanfaatkan semua peluang yang
ada untuk dapat lebih berkembang dan lebih maju dari perusahaan lainnya.
Strategi
Maybank Sebagai Respon Perubahan Kompetisi
Proses integrasi ASEAN membawa banyak perubahan, baik itu
berupa perubahan secara eksternal seperti perubahan regulasi dan kompetisi,
ataupun perubahan secara internal yaitu respon dunia bisnis akan proses
integrasi ini. Maybank sebagai sebuah perusahaan perbankan di ASEAN tentu
kemudian diharuskan untuk dapat merespon dengan tepat perubahan lingkungan
akibat proses integrasi untuk dapat mengambil keuntungan dari proses integrasi
tersebut. Respon Maybank dalam menghadapi fenomena integrasi ASEAN dapat berupa
perubahan dalam strateginya. Integrasi membawa dampak yang cukup memuaskan
untuk perusahaan lokal yang ingin memperluas wilayah cakupannya secara
regional. Dalam upaya untuk meningkatkan ukuran dan profitabilitas, bank
terkemuka di wilayah ASEAN salah satunya Maybank memperluas operasi mereka di
luar perbatasan nasional untuk menjadi bank regional.
Maybank menyadari bahwa sebagai pemimpin pasar harus dapat menghadapi tantangan serius untuk mempertahankan posisi nomor satu di industri perbankan yang sangat kompetitif.[51] Para pesaing membuntuti Maybank dengan sangat ketat dan mengintensifkan kompetisi mereka, ditambah dengan faktor-faktor lain seperti tekanan makroekonomi, tuntutan pelanggan dan kesenjangan yang signifikan dalam kemampuan pelaksanaannya, dan budaya kinerja yang dihasilkan pangsa pasar. Namun untuk dapat menanggapi tantangan
tersebut, pihak Maybank selalu mempunyai banyak inisiatif yang dilakukan oleh Maybank dengan menyelaraskan dengan visi dan misi, memiliki kemenangan yang cepat, strategi jangka pendek dan jangka menengah, dan strategi jangka panjang.[52]
Sehingga untuk dapat terus menjadi pemimpin dalam industri, Grup Maybank telah memulai perjalanan menuju transformasi strategis untuk mempertahankan posisinya dan melibatkan transformasi
total di mana perusahaan mengubah budaya organisasinya menjadi customer-centric dengan mengadopsi
pendekatan hubungan pemasaran.[53] Saat pertama kali melakukan peluasan
jaringan dan pasar Maybank, pihak Maybank menggunakan strategi dengan pembukaan
cabang langsung pada pasar yang diminati.[54] Pembukaan cabang ini dimaksudkan agar Maybank mampu untuk
marambah pasar yang lebih luas.
Perubahan strategi Maybank yang sangat
terlihat adalah pada tahun 1997 ketika pertamakalinya Maybank menggunakan
strategi akuisisi dalam memperbesar pangsa pasarnya. Perubahan strategi
tersebut ada karena untuk merespon perubahan lingkungan yaitu adanya krisis
finansial pada tahun tersebut. Pada tahun 2008, merupakan tahun dimana strategi akuisisi
Maybank benar-benar dibuktikan dengan sangat tepat. Terdapat beberapa
kesempatan yang datang kepada pihak Maybank yang dapat membuat Maybank dapat
tumbuh semakin besar. Salah satunya adalah kesempatan untuk dapat melebarkan
pasar Maybank di Indonesia.
Pada pertengahan tahun 2008, Maybank
memaksimalkan kinerjanya dengan membuat sebuah program yang dikenal sebagai
LEAP30. LEAP30 ini akan mendorong semua sektor dalam Maybank untuk
mencapai visi Maybank untuk menjadi salah satu dari lima bank terbesar di Asia
Selatan dan Asia Tenggara pada tahun 2015.
Tabel IV.1 Transformasi Strategi
Maybank
L
|
Lead
|
Secure undispute leadership in
Malaysia and strengthen regional presence
|
E
|
Execute
|
Ensure timely execution of identified
initiatives
|
A
|
Achieve
|
Achieve 100% of financial and service
quality targets
|
P
|
Progress
|
Progress as a Group and as
individuals
|
30
|
Deliver 30 initiatives to achieve our
goals
|
LEAP30 Performance Improvement
Programme
3
strategic thrusts
(Sep
2008-Dec 2015)
|
Horizon
1 (Sep 2008-Dec 2011)
Secure
leadership and outperform
|
Horizon
2 (Jan 2012-Dec 2015)
Expand
footprint and capture new markets
|
Secure
Malaysia Leadership
|
· Rapidly capture tactical revenue and
cost reduction opportunities
· Implement multi-segment model and
well-executed business strategies to secure position and gain share
|
· Continue to develop commercial and
operational excellence
· Explore domestic consolidation
|
Strengthen
Regional Presence
|
· Capture full value from our current
footprint, especially BII
· Develop a portable Islamic banking
model
|
· Expand footprint to new markets and
regionalise operating model
· Build Asian Islamic banking
operations
|
Become
a talent and execution-focused company
|
· Demonstrate execution capabilities
· Assemble/build leadership pool and
pipeline to fill critical roles
· Establish highly effective
performance and talent management processes
|
· Create global talent management
system to meet regional needs
· Continue to strengthen performance
culture
|
(Sumber: Maybank Annual Report 2009)
Pada tabel tersebut terlihat bahwa
Maybank memasukkan akuisisi dalam salah satu bagian dari strateginya. Hal ini
dikarenakan alasan-alasan pihak Maybank terkait dengan restrukturisasi
perusahaan yang mana bertujuan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan.
Dengan begitu, perubahan strategi Maybank telah dipikirkan dengan sangat
matang. Perubahan lingkungan kompetisi yang sangat beragam dapat membuat sebuah
strategi dalam sekejap tidak dapat digunakan. Sebagai bagian dari rencana
transformasi strategis Grup Maybank juga telah mengambil langkah-langkah
proaktif untuk memperkuat permodalannya yang mana akan mendukung aspirasi
Maybank menjadi salah satu dari lima bank di Asia Selatan dan Asia Tenggara
berdasarkan ukuran dan kinerja pada tahun 2015.[55]
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ASEAN Economic Community dapat
mempengaruhi akuisisi Maybank terhadap BII melalui peningkatan opportunity dan risk sehingga menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif untuk
menerapkan strategi akuisisi. Fokus penelitian ini pada komunitas ekonomi dan
pada respon dunia bisnis akan adanya integrasi dalam ekonomi. Pada tahun 2008,
bertepatan dengan dibuatnya AEC
Blueprint, yang merupakan pedoman untuk mensukseskan rencana integrasi
ASEAN, Maybank melakukan sejumlah akuisisi terhadap bank di wilayah Asia. Salah
satunya adalah bank BII di Indonesia. Akuisisi Maybank ini terkesan tidak biasa
karena pihak Maybank menawarkan angka akuisisi yang cukup besar pada saham BII.
Dengan menggunakan konsep opportunity dan risk serta
menghubungkan antara integrasi keuangan dengan lingkungan bisnis yang kondusif,
peneliti menjelaskan mengenai hubungan antara integrasi keuangan dengan
lingkungan bisnis yang kondusif. Dimana lingkungan bisnis yang kondusif ini
berarti ada peningkatan pada opportunity dan pengurangan pada risk yang mana disebabkan oleh adanya integrasi keuangan yang akan
dicapai oleh ASEAN. Integrasi yang membuat adanya perubahan lingkungan
kompetisi dan kemudian direspon dengan perubahan strategi sebuah perusahaan,
penelitian ini melihat bahwa akuisisi Maybank terhadap BII merupakan sebuah
respon penangkapan peluang akan adanya perubahan lingkungan kompetisi yang
hadir sejalan dengan rencana integrasi ASEAN pada tahun 2015. Integrasi
mengakibatkan adanya perubahan dalam lingkungan investasi. Perubahan tersebut dikarekan
integrasi melalui beberapa proses yang mengharuskan negara-negara anggota di
kawasan tersebut menyesuaikan dengan proses integrasi. Salah satu perubahan
yang dibawa oleh integrasi adalah liberalisasi pasar. Dimana terdapat
keterbukaan pasar di dalam kawasan, sehingga dapat saling meningkatkan alur
investasi di dalam kawasan. Perubahan ini yang kemudian dimanfaatkan oleh
Maybank dengan merubah strateginya mejadi perluasan pasar secara regional.
Perubahan lingkungan kompetisi ini merupakan bagian dari opportunity yang ingin diperoleh oleh
pihak Maybank. Perubahan lingkungan ini adalah adanya perubahan regulasi,
liberalisasi, dan perubahan tren. Perubahan lingkungan dapat kemudian
mempengaruhi perubahan strategi suatu perusahaan. Perubahan strategi Maybank
ini sejalan dengan nilai yang ingin dicapai Maybank yaitu untuk menjadi
pemimpin regional pada tahun 2015. Selain itu dukungan dari adanya peluang
pasar membuat Maybank semakin yakin untuk mengakuisisi saham BII. Pada 2008,
strategi Maybank bertransformasi menjadi pemimpin sektor keuangan di regional
pada tahun 2015. Transformasi strategi ini merupakan sebuah respon Maybank
terhadap rencana integrasi yang akan dilaksanakan pada tahun 2015.
Daftar Pustaka
Buku Dan Jurnal
Ardichvili, A., Cardozo, R., & Ray,
S., “A theory of entrepreneurial opportunity identification and development”, Journal
of Business Venturing 18, (2003)
ASEAN, ASEAN Economic
Community Handbook for Business, (Jakarta: ASEAN Secretariat, November, 2011)
Asian Development Bank, The Road to ASEAN Financial Integration: A
Combined Study On Assessing The Financial Landscape and Formulating Milestones
For Monetary and Financial Integration In ASEAN, (Philippines: Asian
Development Bank, 2013)
Bagong, Suyanto & Sutinah (ed), Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2005)
Ball, Donald A., McCulloc, Wendell H., Frantz, Paul L.,
Geringer, J. Michael, Minor, Michael S. Internasional Business: The
Challenge of Global Competition Eleventh Edition, (New York: McGraw-Hill,
2008)
Bryman, Alan, Social Research Methods, (New York: Oxford University Press, 2004)
Daniels, John, Redebaugh, Lee, Sullivan, Daniel, “The
Strategy of International Business”, International
Business 13th Edition, (Prentice Hall, 2010)
Direktorat Jendral Kerja Sama ASEAN, Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN, (Kementrian Luar Negeri RI,
2011)
Friedman, Jack P, Dictionary of Business Terms, (New York: USA Barron’s Educational
Series Inc, 1987)
Fuady, Munir, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over, dan LBO, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2008)
Gilad, B., Kaish, S., & Ronen, J.,
“The Entrepreneurial Way With Information. In S. Maital ( Ed.)”, Applied
Behavioural Economics (Vol. II, 480–503), (Brighton, UK: Wheatshaef
Books, 1989)
Hillson, David, Effective Opportunity
Management for Projects, (New York: Marcel Dekker, Inc., 2004)
Kirzner, I.M., Discovery and The Capitalist Process,
(Chicago: University of Chicago Press, 1985)
Pass, Christopher & Lowes, Bryan, Kamus Lengkap Bisnis, (Jakarta: Erlangga,
1999)
Park, Y.C. and K.H. Bae, “Financial
Liberalization and Economic Integration in East Asia”, paper presented at the PECC Finance Forum Conference on “Issues and
Prospects for Regional Cooperation for Financial Stability and Development”,
(Hawaii, August, 2002)
Porter, M. E., “From Competitive
Advantage to Corporate Strategy”, Harvard
Business Review, 65(3), (1987)
Rajan, Ramkishen S., “Financial
Integration In Asean And Beyond: Implications For Regional Monetary
Integration”, ASEAN Roundtable 2003, (Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies, August 20-21, 2003)
Shimizu, Kazushi, “ASEAN Economic Integration in the World
Economy: Toward the ASEAN Economic Community (AEC)”, Econ. J. of Hokkaido Univ.,Vol. 39, (2010)
Silalahi, Ulber, Metode Penellitian Sosial, (Bandung: Unpar Press, 2006)
Tim Biro Hubungan dan Studi Intenasional-Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015:
Mamperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2008)
Wang Qing, “Southeast Asia trade linearization and economic
growth”, South Pacific Studies, (2005)
Wild, John J. et al. “International Strategy and
Organization” dalam International
Business: TheChallenges of Globalization, (New Jersey: Pearson Prentice Hall,
2008)
Jurnal
Online
Aldaba, Rafaelita M, “ASEAN Economic
Community 2015 SME Development: Narrowing Development Gap Measure”, Discussion Paper Series No. 2013-05, Philippine Institute for Development
Studies, (2013), http://dirp4.pids.gov.ph/ris/dps/pidsdps1305.pdf (diakses
pada 9 April 2013)
Amornvivat, Sutapa, “Insight: Business Oppurtunities for
Services Sector Under the AEC”, Economic
Intellegent Center, (2012), http://www.scb.co.th/eic/doc/en/insight/SCB_Insight_AEC2012_EN.pdf (diakses tanggal 18 Januari 2012)
Anonim, Chapter 5:
Financial Integration, (2002), http://www.iadb.org/res/publications/pubfiles/pubb-2002e_7384.pdf (diakses pada 12 Juni 2013)
Arshad, D., Ahmad, H., Mustapa, A.N.,
and Mohtar, S., “Strategic Change and Transformation: A Case Study at Malayan
Banking Berhad,” Proceedings of The 3rd International Conference on
Technology and Operations Management: Sustaining Competitiveness through Green
Technology Management, Bandung–Indonesia (July 4-6, 2012), http://www.ictom.info/?wpdmact=process&did=MTUuaG90bGluaw== (diakses pada 8 Maret 2013)
ASEAN Banker Association, 19th Asean Banking Conference & 42nd
Asean Banking Council Meeting, SC International Pte Ltd, (2013), http://www.aseanbankers.org/AseanBanker.pdf (diakses pada 5 Maret 2013)
Bannock et al, Indigenous
Private Sector Development and Regulation in Africa and Central Europe: A 10
Country Study, (2002), www.businessenvironment.org/dyn/be/besearch.details?p_phase_id=35&p_lang=en&p_phase_type_id=1 (diakses pada 16 Juni 2013)
Baron, Robert, A., “Opportunity Recognition as Pattern
Recognition: How Entrepreneurs ‘Connect the Dots’ to Identify New Business
Opportunities”, Academy of Management Perspectives, (February, 2006), http://old.ied.econ.msu.ru/cmt2/lib/c/186/File/fa4_1.pdf (diakses pada 11 Juni 2013)
Byers, Thomas, Dorf, Richard, and Nelson, Andrew, “Economic
Growth and the Technology Entrepreneur”, Technology
Ventures: From Idea to Enterprise, (2011), http://highered.mcgraw-hill.com/sites/dl/free/0073380180/829868/ch1_001_024.pdf (diakses pada 15 Juni 2013)
Donor Committee for
Enterprise Development, Supporting
Business Environment Reforms: Practical Guidance for Development Agencies,
(2008), http://rru.worldbank.org/documents/DonorGuidance.pdf (diakses pada 16 Juni
2013)
Guangsheng,
Lu, “ Assessment on Performance of
ASEAN Economic Integration”, International
Review, vol. 44, (2006), http://www.siis.org.cn/Sh_Yj_Cms/Mgz/200603/2008724231459KFQ0.PDF (diakses pada 3 Maret 2013)
Huong Mai, Nguyen Xuan, “Finance Sector in ASEAN:
Implications of the Liberalisation of Financial Services for Labour in the
Region”, Assessment-Study: ASEAN
Integration and its Impact on Workers and Trade Unions, (2009), http://www2.asetuc.org/media/Finance%20Sector%20in%20ASEAN.pdf (diakses pada 5 Maret 2013)
ILO, Business environment, labour law and micro-
and small enterprises,
Geneva, (2006), http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_norm/---relconf/documents/meetingdocument/wcms_gb_297_esp_1_en.pdf (diakses pada 16 Juni 2013)
Kaplan, Stanley, and Garrick, B. John, “On The Quantitative Definition of Risk”, Risk
Analysis, Vol. I , No. I , (1981), http://josiah.berkeley.edu/2007Fall/NE275/CourseReader/3.pdf (diakses pada 17 Juni 2013)
Maybank: We’re Banking on Customer Engagement, Business White Paper, (2010), http://www.teradata.com (diakses pada 9 Maret 2013)
Plummer, Michael G., Click, Reid,
“Bond Market
Development and Integration in ASEAN”, Working Paper Series Vol. 2003-07, (2003), http://file.icsead.or.jp/user03/928_234.pdf (diakses tanggal 5 Desember 2012)
Setiawan, Sigit, “Liberalisasi Jasa Keuangan: Komitmen
Liberalisasi Dan Langkah Lanjutan Dalam Mendorong Integrasi Pasar Finansial
Asean”, Catatan Hasil Pertemuan ke-31
ASEAN Working Committee-Financial Services Liberalization (ASEAN WC-FSL),
(2011), http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/adoku/2012%5Ckajian%5Cpkrb%5CLiberalisasi%20Jasa%20Keuangan_Komitmen%20Liberalisasi%20dan%20Langkah%20Lanjutan_Sigit%20Setiawan.pdf (diakses tanggal 18 Januari 2013)
Simmons, Chaterine, Wright, Nick, and Cheung, Hon, “The
Prospects and Challenges of Southeast Asian Financial Integration”, Vision Focus, (2011) www.statestreet.com (diakses pada 10 Juni 2013)
Sitompul, Zulkarnain, Industri
Perbankan dan Iklim Investasi, (2004), http://sippm.unas.ac.id_page_download.php_path=.._files_lp_tc_penelitian_&file=15makalah-dep-kehakiman (diakses pada 7 Oktober 2013)
Talha, Mohammad, and Sallehuddin,
Abdullah, “Impact Of Merger And Acquisition On Debt Management Ratio: A Case
Study In Malaysian Banking Sectors”, International
Business & Economics Research Journal Volume 4, Number 11, (2005), http://cluteonline.com/journals/index.php/IBER/article/download/3638/3683 (diakses pada 10 Maret 2013)
Thanh, Vo Tri, and Bartlett, Paul, “Ten Years of ASEAN Framework Agreement on
Services (AFAS): An Assessment”, REPSF Project No. 05/004: Final Report, (2006),
http://www.aadcp2.org/uploads/user/6/PDF/REPSF/REPSF_05_004_FinalReport.pdf (diakses pada 6 Maret 2013)
Thohari, Endang, “Sumber-Sumber Pembiayaan Untuk Agribisnis”,
Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa
Sawit-Sapi, http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/download/5704/5573 (dikases pada 27 Maret 2013)
Trairatvorakul, Prasarn, “ASEAN Economic
Community 2015 : Opportunities or Threats?”,
Sasin Update-Reunion 2011, (2011), http://www.bot.or.th/Thai/PressAndSpeeches/Speeches/Gov/SpeechGov_15Sep2011.pdf (diakses pada 28 November 2012)
White, B. E. “Enterprise Opportunity and Risk”, INCOSE, (2006) http://www.mitre.org/work/tech_papers/tech_papers_06/05_1262/05_1262.pdf (diakses pada 10 Juni 2013)
Artikel
Koran Online
“Berebut Gurihnya Kredit Usaha Cilik”, SWA Online, (2008), http://swa.co.id/listed-articles/berebut-gurihnya-kredit-usaha-cilik (diakses pada 31 Maret 2013)
“BII Catat Laba Rp 821,582 M 2004”, (2005), http://finance.detik.com/read/2005/02/18/104057/293122/5/bii-catat-laba-rp-821582-m-2004 (diakses pada 27 Maret 2013)
“BII Klaim Kembali Peroleh Persetujuan Penundaan Refloating”
http://www.infobanknews.com/2012/04/bii-klaim-kembali-peroleh-persetujuan-penundaan-refloating (diakses pada 13 September 2012)
“Investor Cemaskan Dividen Maybank Setelah Akuisisi BII” http://finance.detik.com/read/2008/03/28/124717/914857/6/investor-cemaskan-dividen-maybank-setelah-akuisisi-bii (diakses pada 7 September 2012)
“Laba Bersih BII Triwulan III Menyusust 30 Miliar”, (2005), http://finance.detik.com/read/2005/10/27/102152/469975/5/laba-bersih-bii-triwulan-iii-menyusut-rp-30-miliar (diakses pada 31 Maret 2013)
Nopiansyah, Eko, “Bank Indonesia Ancam Cabut Persetujuan
Akuisisi BII”, Tempo Online, (2008) http://www.tempo.co.id/hg//2008/08/27/brk,20080827-132600,id.html (diakses pada 13 September 2012)
“Perbankan Berebut Pasar ASEAN”, Indonesia Real Time, (2012) http://realtime.wsj.com/indonesia/2012/05/09/perbankan-berebut-pasar-asean/ (diakses pada 25 Maret 2013)
“PH banks need massive adjustment to Asean
integration–bankers” http://www.abs-cbnnews.com/business/11/14/12/ph-banks-need-massive-adjustment-asean-integration-bankers (diakses 5 Maret 2013)
“PT Bank Internasional Indonesia Tbk Pada 2009 Akan
Memfokuskan Pertumbuhan Kredit Sektor UKM/Komersial”, (2008) http://m.inilah.com/read/detail/63214/bii-akan-fokus-ke-kredit-ukm (diakses pada 31 Maret 2013)
Sumber
Internet Lainnya
“Annual Report BII 2000”, Asian Banks, http://www.asianbanks.net/HTML/Files/Indo/BII%202000%20Annual.pdf (diakses pada 27 Maret 2013)
“Annual Report BII 2010”, BII, http://www.bii.co.id/investor/annual0report/Documents/Laporan%20Tahunan%202010.pdf (diakses pada 12 Agustus 2012)
“ASEAN Finance Minister Meeting”, ASEAN, http://www.asean.org/communities/asean-economic-community/category/asean-finance-ministers-meeting-afmm (diakses pada 20 April 2013)
“ASEAN
Policy Blueprint For Sme Development (APBSD) 2004 -2014”, ASEAN, http://www.asean.org/archive/pdf/sme_blueprint.pdf
(diakses pada 9 April 2013)
Bank Indonesia, “Berbenah atau Jadi Penonton”, Gerai Info Edisi 28, Tahun 3, (2012), www.bi.go.id (diakses pada 18 Maret 2013)
Bank Indonesia, “Liberalisasi Perbankan: Benci atau Rindu”, Gerai Info Edisi 28, Tahun 3, (2012), www.bi.go.id (diakses pada 18 Maret 2013)
“Corporate Milestones (1960-2011)”, Maybank, http://www.maybank.com/corporate-profile/corporate-milestones (diakses pada 8 September 2012)
“Corporate Profil”, Maybank, http://www.maybank.com/corporate-profile (diakses pada 7 September 2012)
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic Community 2015, (2009),
http://ditjenkpi.depdag.go.id (diakses pada 2 Januari 2012)
“Maybank Annual Report 1999”, Maybank, http://maybank.listedcompany.com/newsroom/MayBank-Pt1.pdf (diakses pada 5 Juni 2013)
“Maybank wins bid to acquire Bank Internasional Indonesia”, Maybank, (2008), http://www.maybank2u.com.my/mbb_info/m2u/public/personalDetail04.do?channelId=Personal&cntTypeId=0&cntKey=AU08.03.26&programId=AU02.02-ArchiveNews&newsCatId=/mbb/AU-AboutUs/AU02-Newsroom/2008/03&chCatId=/mbb/Personal (diakses pada 29 Mei 2013)
“Menangkap Peluang Industri Kelapa Sawit”, (2011) http://mutucertification.com/id/capturing-the-palm-oil-industry-opportunities (diakses pada 27 Maret 2013)
“Operating Highlights”,
Maybank, http://www.maybank2u.com.ph/mbb_info/philippines/public/printDetail.do?cntTypeId=0&channelId=&cntKey=MPIAU-03&programId=COR-CorpMilestones&chCatId=/mbb/AboutUs&action=1 (diakses pada 10 Maret 2013)
“Profil Bank
Internasional Indonesia”, Maybank, http://www.bii.co.id/about/Pages/Overview.aspx (diakses pada 27 Maret 2013)
“SME&Comersial”, BII,
http://www.bii.co.id/comercial/about-commercial/Pages/About-SME-and-Commercial.aspx (diakses pada 31 Maret 2013)
“Statement On Bold Measures 6th ASEAN Summit, Hanoi, 16
December 1998”, ASEAN, http://www.asean.org/asean/asean-summit/item/statement-on-bold-measures-6th-asean-summit-hanoi-16-december-1998 (diakses pada 10 Maret 2013)
“Strategy”, Maybank,
http://www.maybank.com/corporate-profile/strategy-0 diakses
tanggal 5 Desember 2012 (diakses
pada 3 Desember 2012)
“Vision and Mission”,
Maybank, http://www.maybank.com/corporate-profile/vision-and-mission (diakses pada 7 September 2012)
http://asianbankingandfinance.net/wholesale-banking/news/asean-banking-system-be-adopted (diakses pada 28 November 2012)
http://www.maybank.com/en/about-us/who-we-are/milestones.page (diakses pada 28 November 2012)
http://www.miti.gov.my/cms/content.jsp?id=com.tms.cms.article.Article_b5e22087-c0a81573-aba0aba0-ab12873b (diakses pada 28 November 2012)
[1]Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic Community 2015, 2009, h. v
<ditjenkpi.depdag.go.id> diakses 2 Januari 2012
[2] Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 7
[3] Departemen Perdagangan Republik Indonesia, v
[4] Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 16
[5] Departemen Perdagangan Republik Indonesia, vi
[6] http://www.bot.or.th/Thai/PressAndSpeeches/Speeches/Gov/SpeechGov_15Sep2011.pdf
h.4 28 November 2012
[7] http://asianbankingandfinance.net/wholesale-banking/news/asean-banking-system-be-adopted
28 November 2012
[8] Plummer, Michael G., Click, Reid, “Bond Market Development and Integration in ASEAN”, Working Paper Series Vol. 2003-07, 2003,
h. 8 <http://file.icsead.or.jp/user03/928_234.pdf> diakses tanggal 5
Desember 2012
[10]Setiawan, Sigit, “Liberalisasi Jasa Keuangan: Komitmen Liberalisasi Dan
Langkah Lanjutan Dalam Mendorong Integrasi Pasar Finansial Asean”, Catatan Hasil Pertemuan ke-31 ASEAN Working Committee-Financial
Services Liberalization (ASEAN WC-FSL), 2011, h. 1 <http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/adoku/2012%5Ckajian%5Cpkrb%5CLiberalisasi%20Jasa%20Keuangan_Komitmen%20Liberalisasi%20dan%20Langkah%20Lanjutan_Sigit%20Setiawan.pdf>
diakses tanggal 18 Januari 2013
[11] Setiawan, “Liberalisasi Jasa
Keuangan”, 2
[12] Huong Mai, Nguyen Xuan, “Finance Sector in ASEAN: Implications of the
Liberalisation of Financial Services for Labour in the Region”, Assessment-Study: ASEAN Integration and its
Impact on Workers and Trade Unions, 2009, h. 30 <http://www2.asetuc.org/media/Finance%20Sector%20in%20ASEAN.pdf>
diakses pada 5 Maret 2013
[13]Corporate
Profil <http://www.maybank.com/corporate-profile> diakses pada 7
September 2012
[14]Vision
and Mission <http://www.maybank.com/corporate-profile/vision-and-mission>
diakses pada 7 September 2012
[15] “Vision and Mission”
[16] Perbankan Berebut Pasar ASEAN, Indonesia
Real Time, 2012 <http://realtime.wsj.com/indonesia/2012/05/09/perbankan-berebut-pasar-asean/>
diakses pada 25 Maret 2013
[17] Akuisisi berasal dari bahasa inggris “acquisition” yang dalam bahasa inggris sering juga disebut dengan
istilah take over, yang mana
mempunyai arti pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian perusahaan oleh
suatu perusahaan lain (Friedman, 1987: 10). Atau yang dimaksud dengan akuisisi
adalah pengambilalihan perusahaan oleh perusahaan lain (Pass, 1999: 578).
[18]Investor
Cemaskan Dividen Maybank Setelah Akuisisi BII <http://finance.detik.com/read/2008/03/28/124717/914857/6/investor-cemaskan-dividen-maybank-setelah-akuisisi-bii>
diakses pada 7 September 2012
[20]Nopiansyah,
Eko, Bank Indonesia Ancam Cabut
Persetujuan Akuisisi BII, 2008 <http://www.tempo.co.id/hg//2008/08/27/brk,20080827-132600,id.html>
diakses pada 13 September 2012
[22]Tentang
Kami <http://www.bii.co.id/about/Pages/Overview.aspx> diakses pada 7
September 2012
[23]Tender offer adalah suatu prosedur yang menawarkan juga kepada pemegang saham lain
jika ada yang mau juga menjual saham-sahamnya dengan syarat dan kondisi yang
sama (Fuady, 2008: 9).
[25]Corporate
Milestones (1960-2011) <http://www.maybank.com/corporate-profile/corporate-milestones>
diakses pada 8 September 2012
[26]BII Klaim Kembali Peroleh
Persetujuan Penundaan Refloating <http://www.infobanknews.com/2012/04/bii-klaim-kembali-peroleh-persetujuan-penundaan-refloating>
diakses pada 13 September 2012
[27] Profil Bank Internasional Indonesia,
<http://www.bii.co.id/about/Pages/Overview.aspx> diakses pada 27
Maret 2013
[28] Profil Bank Internasional Indonesia
[29] Huong Mai, “Finance Sector in ASEAN”, 7
[30] Huong Mai, “Finance Sector in ASEAN”, 7
[31] Annual Report BII 2010, h. 8
<http://www.bii.co.id/investor/annual0report/Documents/Laporan%20Tahunan%202010.pdf>
diakses pada 12 Agustus 2012
[32] Annual Report BII 2010, h. 9
[33] BII Catat Laba Rp 821,582 M 2004,
2005, <http://finance.detik.com/read/2005/02/18/104057/293122/5/bii-catat-laba-rp-821582-m-2004>
diakses pada 27 Maret 2013
[34] PT Bank Internasional Indonesia
Tbk
[35] Direktorat Jendral Kerja Sama ASEAN, Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN, Kementrian Luar Negeri
RI, 2011, h. 42
[36] Aldaba,
Rafaelita M, “ASEAN Economic Community 2015 SME Development: Narrowing
Development Gap Measure”, Discussion
Paper Series No. 2013-05,
Philippine Institute for Development Studies, 2013, h. 1 <http://dirp4.pids.gov.ph/ris/dps/pidsdps1305.pdf>
diakses pada 9 April 2013
[37] ASEAN Policy Blueprint For Sme Development (APBSD) 2004
-2014, h. 2 <http://www.asean.org/archive/pdf/sme_blueprint.pdf>
diakses pada 9 April 2013
[38] ASEAN Policy
Blueprint, h. 2
[39] Maybank Wins Bid To Acquire Bank
Internasional Indonesia, 2008, <
http://www.maybank2u.com.my/mbb_info/m2u/public/personalDetail04.do?channelId=Personal&cntTypeId=0&cntKey=AU08.03.26&programId=AU02.02-ArchiveNews&newsCatId=/mbb/AU-AboutUs/AU02-Newsroom/2008/03&chCatId=/mbb/Personal>
diakses pada 29 Mei 2013
[40] Maybank Wins Bid
[41] Maybank Wins Bid
[42] Wang Qing, “ Southeast Asia trade linearization and economic growth”, South
Pacific Studies, 2005, h. 1
[43] Guangsheng, Lu, “Assessment on Performance of ASEAN Economic Integration”, International Review, vol. 44, 2006, h.
65 <http://www.siis.org.cn/Sh_Yj_Cms/Mgz/200603/2008724231459KFQ0.PDF>
diakses pada 3 Maret 2013
[44] Bank Indonesia, “Berbenah atau Jadi Penonton”, Gerai Info Edisi 28, Tahun 3, 2012, h. 1 <www.bi.go.id>
diakses pada 18 Maret 2013
[45]PH banks need massive adjustment to Asean integration–bankers <http://www.abs-cbnnews.com/business/11/14/12/ph-banks-need-massive-adjustment-asean-integration-bankers>
diakses 5 Maret 2013
[46] Thanh,
Vo Tri, and Bartlett, Paul, “Ten Years
of ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS): An Assessment”, REPSF Project No. 05/004: Final Report, 2006, h. 1 <http://www.aadcp2.org/uploads/user/6/PDF/REPSF/REPSF_05_004_FinalReport.pdf>
diakses pada 6 Maret 2013
[48] Huong Mai, “Finance Sector in ASEAN”, 34
[49] ASEAN
Banker Association, 19th Asean Banking
Conference & 42nd Asean Banking Council Meeting, SC International Pte
Ltd, 2013, h. 2 <http://www.aseanbankers.org/AseanBanker.pdf> diakses
pada 5 Maret 2013
[50] ASEAN Finance Minister Meeting, <http://www.asean.org/communities/asean-economic-community/category/asean-finance-ministers-meeting-afmm>
diakses pada 20 April 2013
[51] Arshad, D., Ahmad, H., Mustapa, A.N.,
and Mohtar, S., “Strategic Change and Transformation: A Case Study at Malayan
Banking Berhad,” Proceedings of The 3rd International Conference on
Technology and Operations Management: Sustaining Competitiveness through Green
Technology Management, Bandung–Indonesia (July 4-6), 2012, h. 145 <http://www.ictom.info/?wpdmact=process&did=MTUuaG90bGluaw==>
diakses pada 8 Maret 2013
[54] http://www.maybank.com/en/about-us/who-we-are/milestones.page?
[55] Arshad et al, “Strategic Change and Transformation”, 145
SUMBER:
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal%20Skripsi%20Ratna%20Desi%20Prihandini.docx.
SUMBER:
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal%20Skripsi%20Ratna%20Desi%20Prihandini.docx.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar